No ratings yet.

Pernah merasa seperti iklan produk yang kamu lihat di website “mengikuti” kamu ke media sosial atau platform digital lain? Itu bukan kebetulan, itu adalah strategi marketing bisnis yang disebut retargeting. Retargeting umumnya digunakan brand untuk menjangkau kembali audiens yang sudah tertarik dengan produk mereka, tapi belum sempat membeli.

Menggunakan konten iklan yang berbeda, diharapkan retargeting bisa memperbesar peluang konversi, karena sebelumnya audiens pernah tertarik dengan produk tersebut. Tapi, bagaimana cara kerja retargeting? Apa manfaat utamanya? Dan bagaimana kamu bisa mengintegrasikannya ke strategi pemasaran online kamu? Artikel ini akan membahas semuanya secara lengkap dan praktis. Untuk lebih jelasnya, yuk baca sampai habis!

Apa Itu Retargeting?

Retargeting adalah strategi online marketing dengan cara menargetkan iklan ke audiens yang pernah berinteraksi dengan produk/layanan bisnis, tapi belum melakukan pembelian. Contohnya, kamu mungkin pernah tertarik dengan sebuah produk di marketplace, sudah kamu masukkan ke keranjang, tapi belum kamu check out. 

Dari interaksi kamu tersebut, brand akan menargetkan kamu sebagai audiens di iklan produk mereka, agar kamu semakin yakin dan tertarik untuk melakukan pembelian. Data audiens retargeting bisa diperoleh dari cookie atau pixel di browser pengguna ketika mereka mengunjungi website tertentu. Kemudian, data audiens digunakan untuk menampilkan iklan yang relevan kepada pengguna tersebut saat berselancar di website lain atau media sosial.

Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari retargeting yang menjadi manfaatnya:

  • Bersifat personalisasi: Iklan yang ditampilkan biasanya menyesuaikan dengan produk atau halaman yang sebelumnya dilihat pengguna.
  • Efektif untuk meningkatkan konversi: Dengan mengingatkan kembali pengguna, brand bisa meningkatkan kemungkinan pembelian.
  • Multichannel: Bisa dijalankan di Google Ads, Meta Ads, dan berbagai platform lainnya.

Apa Fungsi & Manfaat Strategi Retargeting?

Lebih dari sekadar teknik promosi, retargeting adalah strategi untuk mengubah ketertarikan menjadi aksi nyata. Berikut ini beberapa fungsi utamanya:

1. Meningkatkan Tingkat Konversi (Conversion Rate)

Banyak pengunjung datang ke website, lihat-lihat produk, lalu pergi tanpa membeli. Faktanya, sekitar 97% pengunjung website pertama kali tidak langsung melakukan konversi. Tanpa strategi retargeting, mereka akan hilang begitu saja.

Dengan retargeting, brand bisa “menyapa kembali” pengguna yang sudah menunjukkan minat. Entah melalui Google Display Network, Instagram Ads, atau YouTube Pre-Roll, iklan bisa disesuaikan berdasarkan halaman atau produk yang sebelumnya mereka lihat.

Misalnya, seorang pengguna mencari sepatu lari di sebuah e-commerce, melihat detail produk, tapi tidak checkout. Lewat retargeting, pengguna tersebut akan melihat iklan sepatu yang sama ketika membuka YouTube atau membaca berita online. Ini secara signifikan meningkatkan peluang pembelian.

2. Menurunkan Customer Acquisition Cost

Menggaet pelanggan baru dari nol itu mahal. Dibandingkan dengan cold targeting, retargeting adalah strategi yang  jauh lebih efisien karena audiensnya sudah “hangat”—mereka pernah berinteraksi dengan brand, sehingga lebih mudah diyakinkan.

Dengan menyasar audiens yang sudah ada, brand bisa menghemat biaya iklan tanpa kehilangan efektivitas. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk iklan punya potensi konversi yang lebih tinggi.

3. Meningkatkan Brand Recall dan Awareness

Tak semua orang langsung mengambil keputusan setelah melihat produk pertama kali. Tapi dengan retargeting, brand bisa muncul berulang kali di berbagai platform, memperkuat ingatan dan menumbuhkan kepercayaan.

Brand yang sering terlihat—tanpa terkesan memaksa—cenderung lebih dipercaya. Ini penting dalam membangun brand awareness dan customer lifetime value. Gunakan visual dan pesan yang konsisten untuk memperkuat identitas brand, tapi sesekali variasikan kreatif agar pengguna tidak bosan.

4. Memaksimalkan ROI dari Traffic yang Sudah Ada

Banyak bisnis menghabiskan anggaran besar untuk mendatangkan traffic ke website melalui SEO, SEM, influencer, atau media sosial. Tapi sayangnya, tanpa retargeting, traffic tersebut hanya lewat begitu saja.

Dengan retargeting, kamu bisa mengubah traffic yang belum menghasilkan konversi menjadi peluang nyata. Ibaratnya, kamu memanen kembali hasil dari benih yang sudah kamu tanam.

5. Personalisasi Pengalaman Pengguna

Retargeting adalah strategi menampilkan iklan yang sangat relevan berdasarkan perilaku pengguna sebelumnya. Bisa dari produk yang dilihat, halaman yang dikunjungi, hingga waktu interaksi terakhir. Contohnya:

  • Pengguna A melihat kategori sepatu, maka iklan sepatu yang muncul.
  • Pengguna B menambahkan item ke keranjang tapi tidak checkout, maka iklan berisi diskon tambahan bisa ditampilkan.

Dengan begitu, pengguna merasa iklan yang muncul memang relevan dengan kebutuhan mereka, bukan sekadar spamming.

6. Mempercepat Siklus Pembelian

Beberapa produk butuh waktu lebih lama untuk dipertimbangkan sebelum dibeli, terutama yang menyangkut harga tinggi atau komitmen jangka panjang—seperti software, gadget, atau layanan profesional.

Retargeting bisa memperpendek siklus tersebut dengan mengedukasi ulang, mengingatkan, dan memberikan insentif yang tepat di waktu yang pas. Ini mendorong calon pelanggan bergerak dari tahap awareness ke conversion dengan lebih cepat.

7. Mendorong Upsell dan Repeat Purchase

Retargeting tidak hanya untuk pengguna yang belum beli. Kamu juga bisa menargetkan pelanggan yang sudah pernah melakukan pembelian untuk upsell atau cross-sell produk terkait.

Misalnya, pelanggan yang baru saja membeli laptop bisa ditarget dengan iklan tas laptop, mouse wireless, atau extended warranty. Strategi ini mendorong peningkatan Average Order Value (AOV) dan memperpanjang customer lifetime value—dua metrik penting dalam pertumbuhan bisnis jangka panjang.

8. Bisa Digunakan dalam Funnel Marketing yang Lebih Luas

Retargeting sangat fleksibel dan bisa diintegrasikan dalam berbagai tahap funnel:

  • Awareness: Menampilkan konten brand awareness ke pengunjung website baru.
  • Consideration: Menyajikan testimonial, review, atau perbandingan harga.
  • Conversion: Mendorong pembelian dengan promosi eksklusif atau urgency.
  • Loyalty: Mengajak pengguna bergabung ke program loyalitas atau memberi ulasan.

Dengan kata lain, retargeting adalah salah satu tools penting untuk memastikan tiap tahap funnel sales dan marketing kamu bekerja optimal.

Bagaimana Strategi Retargeting yang Efektif?

Sudah tahu bahwa retargeting adalah strategi penting untuk meningkatkan konversi. Tapi, menerapkannya tanpa arah yang jelas justru bisa jadi pemborosan anggaran. Supaya retargeting kamu nggak cuma buang budget, berikut adalah langkah-langkah praktis dan strategis untuk menjalankan retargeting secara efektif.

1. Identifikasi Tujuan Retargeting Kamu

Langkah pertama, tentukan dulu apa tujuan retargeting kamu. Apakah ingin:

  • Mendorong pengunjung kembali ke halaman produk?
  • Mengingatkan pengguna yang belum checkout?
  • Menjual produk tambahan kepada pelanggan yang sudah membeli?

Setiap tujuan butuh pendekatan berbeda. Misalnya, jika kamu ingin mengurangi cart abandonment, maka kamu harus menyasar user yang sudah sampai tahap checkout tapi belum menyelesaikan transaksi. Buat campaign retargeting terpisah untuk tiap tujuan agar kamu bisa lebih mudah memonitor performanya.

2. Segmentasi Audiens Secara Detail

Salah satu kesalahan umum adalah menarget semua pengunjung dengan iklan yang sama. Padahal, kunci retargeting adalah relevansi. Semakin spesifik audiens mu, semakin tinggi peluang konversinya. Beberapa segmentasi dasar yang bisa kamu gunakan:

  • Pengunjung halaman produk tertentu
  • Pengguna yang menambahkan item ke keranjang
  • Pengunjung yang meninggalkan form
  • Pelanggan lama yang belum repeat order

Dengan membagi audiens berdasarkan perilaku, kamu bisa membuat iklan yang jauh lebih personal dan efektif.

3. Gunakan Pixel Tracking atau Tag Manager

Untuk bisa melakukan retargeting, kamu perlu melacak perilaku pengguna. Caranya dengan memasang Facebook Pixel, Google Ads Tag, atau tools serupa di landing page atau website toko online kamu. Pilih daftar audiens berdasarkan aktivitas mereka. Contohnya:

  • Jika pengunjung melihat halaman “Kaos Polos Oversize,” maka kamu bisa membuat iklan dengan visual kaos oversize yang mereka lihat sebelumnya.
  • Kalau mereka cuma sampai homepage, kamu bisa ajak mereka kembali dengan highlight promo utama.

Tracking pixel juga bantu kamu mengukur efektivitas dari setiap campaign, mulai dari klik sampai konversi.

4. Tentukan Platform Retargeting yang Tepat

Setiap bisnis punya audiens utama yang berbeda-beda. Jadi, pilih platform retargeting berdasarkan di mana audiens kamu paling aktif. Beberapa opsi platform populer:

  • Google Display Network (GDN): Cocok untuk menjangkau audiens di berbagai website.
  • Meta Ads (Facebook & Instagram): Ideal untuk website toko online (e-commerce) dan brand lifestyle.
  • TikTok Ads: Untuk audiens Gen Z atau produk visual.
  • YouTube Ads: Cocok untuk produk atau layanan yang butuh visual storytelling.

Gunakan kombinasi platform kalau perlu, tapi pastikan pesan dan visual konsisten.

5. Desain Iklan yang Menarik dan Relevan

Ingat, retargeting adalah strategi yang dilakukan dengan cara menjangkau kembali pengguna yang sudah pernah melihat brand kamu. Jadi, iklan harus lebih menarik dibanding first-touch ads. Beberapa tips yang bisa kamu terapkan antara lain:

  • Gunakan gambar produk yang mereka lihat sebelumnya.
  • Tambahkan copy yang menciptakan urgensi, misalnya: “Stok tinggal sedikit!” atau “Diskon 10% hanya hari ini!”
  • Uji A/B berbagai desain, CTA, dan pesan agar tahu mana yang paling efektif.

Jangan lupa, desain yang terlalu repetitif bisa memicu ad fatigue, bikin user ilfeel. Jadi kreasikan tampilan iklan secara berkala.

6. Atur Frekuensi dan Durasi Iklan

Retargeting memang powerful, tapi bisa jadi bumerang kalau terlalu sering muncul. Frekuensi iklan yang terlalu tinggi akan membuat pengguna merasa terganggu, bahkan bisa membentuk persepsi negatif terhadap brand kamu. Dalam hal ini, kamu bisa:

  • Atur frekuensi maksimal 3–5 kali per hari untuk satu user.
  • Batasi durasi campaign misalnya 7–14 hari tergantung urgensi produk.
  • Buat jadwal berbeda untuk campaign awareness, pertimbangan, dan konversi.

Dengan kontrol yang baik, kamu bisa menjaga keseimbangan antara visibilitas dan kenyamanan pengguna.

7. Optimalkan dan Evaluasi secara Berkala

Setelah campaign berjalan, jangan cuma duduk manis. Lakukan evaluasi berkala untuk melihat mana yang efektif dan mana yang perlu diubah. Pantau metrik seperti:

Dari sana, kamu bisa tahu apakah perlu ubah audiens, copywriting, desain iklan, atau budget alokasi.

8. Gunakan Lookalike Audience untuk Scale Up

Kalau kamu udah punya data audiens retargeting yang performanya bagus, kamu bisa scale up campaign dengan lookalike audience. Ini adalah fitur dari Meta dan Google yang memungkinkan kamu menargetkan orang-orang dengan karakteristik mirip pengguna yang sudah dikonversi. Strategi ini bisa bantu kamu dapat traffic baru yang berkualitas tanpa harus mulai dari nol.

Sudah Paham Apa itu Retargeting?

Singkatnya, retargeting adalah strategi digital marketing yang sangat efektif untuk mengonversi audiens yang sebelumnya belum mengambil tindakan. Dengan menarget ulang pengunjung yang pernah berinteraksi dengan brand kamu, peluang terjadinya pembelian jadi jauh lebih tinggi. Agar hasilnya maksimal, retargeting perlu dijalankan dengan pendekatan yang strategis, mulai dari segmentasi audiens, pemilihan platform, hingga desain iklan yang relevan dan engaging.

Di era persaingan digital yang makin ketat, retargeting bisa menjadi pembeda utama antara brand yang diingat dan yang dilupakan. Untuk memulainya, pastikan kamu juga sudah punya domain yang profesional sebagai basis website bisnis kamu. Kamu bisa beli domain berkualitas lewat RNA, partner terpercaya untuk membangun fondasi digital bisnismu.

Rate this Article

About Author

Hiqbal Fauzi

As SEO Specialist at Deneva with a bachelor's in animal husbandry, passionate about digital marketing, especially in SEO.

daftar reseller

This will close in 0 seconds