No ratings yet.

Dalam dunia bisnis, memahami gross profit adalah hal yang penting untuk menilai profitabilitas perusahaan. Gross profit atau laba kotor menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi biaya produksi langsung, seperti bahan baku dan tenaga kerja.

Dengan mengetahui cara menghitung gross profit, kamu bisa menganalisis efisiensi operasional bisnis dan menentukan strategi keuangan yang lebih tepat. Perhitungan ini juga membantu dalam pengambilan keputusan terkait harga jual, pengelolaan biaya produksi, serta evaluasi kinerja bisnis secara keseluruhan.

Artikel ini akan membahas secara lengkap tentang apa itu gross profit, mulai dari definisi, rumus perhitungan, hingga perbedaannya dengan net profit. Jadi, jika kamu ingin memahami bagaimana laba kotor mempengaruhi bisnis dan bagaimana cara meningkatkannya, simak penjelasannya di bawah ini! 

Apa Itu Gross Profit?

Source: Freepik

Gross profit adalah laba kotor yang diperoleh perusahaan setelah mengurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dari total pendapatan. HPP mencakup biaya produksi langsung, seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya produksi lainnya.

Gross profit adalah indikator awal profitabilitas bisnis karena menunjukkan seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya produksi. Jika nilai gross profit tinggi, berarti perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dengan mengelola biaya produksi secara optimal.

Namun, perlu diingat bahwa gross profit bukanlah laba bersih. Masih ada biaya lain yang harus diperhitungkan, seperti biaya operasional, pajak, dan kredit dagang (trade credit). Oleh karena itu, meskipun gross profit tinggi, belum tentu sebuah nama perusahaan benar-benar menguntungkan tanpa memperhitungkan semua pengeluaran lainnya.

Rumus dan Contoh Cara Menghitung Gross Profit

Source: Freepik

Untuk menghitung gross profit, kamu bisa menggunakan rumus berikut:

Gross Profit = Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP)

Di sini, pendapatan atau revenue adalah total uang yang dihasilkan dari penjualan produk atau jasa. Kemudian, HPP (Harga Pokok Penjualan) mencakup semua biaya langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa tersebut.

Misalnya, sebuah bisnis ritel memiliki data keuangan sebagai berikut:

  • Pendapatan (Revenue): Rp800.000.000
  • Harga Pokok Penjualan (HPP): Rp300.000.000

Menggunakan rumus:

Gross Profit = Pendapatan – HPP
Gross Profit = Rp800.000.000 – Rp300.000.000
Gross Profit = Rp500.000.000

Dari hasil perhitungan ini, bisnis tersebut memperoleh gross profit sebesar Rp500.000.000.

Fungsi & Manfaat Menghitung Gross Profit

Source: Freepik

Mengetahui gross profit adalah hal yang sangat penting dalam dunia bisnis. Perhitungan ini tidak hanya membantu menilai profitabilitas, tetapi juga memberikan banyak manfaat dalam pengelolaan keuangan dan pengambilan keputusan. Berikut adalah lima fungsi utama dari menghitung gross profit:

1. Menilai Efisiensi Operasional

Gross profit membantu kamu memahami seberapa efisien perusahaan dalam mengelola biaya produksi. Jika laba kotor tinggi, berarti bisnis mampu mengendalikan HPP dengan baik. Sebaliknya, jika gross profit rendah, bisa jadi ada masalah dalam efisiensi produksi atau harga bahan baku yang terlalu tinggi.

Misalnya, jika perusahaan mengalami kenaikan harga bahan baku tetapi tidak menyesuaikan harga jual, maka gross profit bisa turun drastis. Dengan melakukan perhitungan rutin, kamu bisa segera mengidentifikasi masalah ini dan mencari solusinya.

2. Menentukan Harga Jual yang Tepat

Salah satu manfaat utama mengetahui cara menghitung gross profit adalah untuk menetapkan strategi harga yang lebih optimal. Jika harga jual terlalu rendah dibandingkan dengan biaya produksi, maka bisnis akan sulit mendapatkan keuntungan.

Misalnya, jika sebuah produk memiliki HPP sebesar Rp100.000 dan dijual seharga Rp120.000, maka gross profit-nya hanya Rp20.000 per unit. Jika biaya operasional lainnya cukup besar, maka perusahaan bisa merugi. Dengan memahami margin laba kotor, kamu bisa menentukan harga jual yang sesuai agar tetap kompetitif sekaligus menguntungkan.

3. Mengukur Kinerja Bisnis

Gross profit sering digunakan sebagai indikator utama dalam menilai pertumbuhan bisnis. Dengan membandingkan gross profit dari periode ke periode, kamu bisa melihat apakah bisnis sedang berkembang atau mengalami penurunan.

Misalnya, jika tahun lalu perusahaan mencatat gross profit sebesar Rp 500 juta dan tahun ini naik menjadi Rp 700 juta, itu berarti bisnis mengalami peningkatan profitabilitas. Sebaliknya, jika laba kotor terus menurun, berarti ada faktor yang perlu diperbaiki, seperti efisiensi produksi atau strategi pemasaran.

4. Membantu Perencanaan Keuangan

Gross profit juga berperan dalam membantu perusahaan menyusun perencanaan keuangan jangka panjang. Dengan mengetahui laba kotor, bisnis bisa memperkirakan berapa banyak dana yang tersedia untuk dialokasikan ke berbagai kebutuhan, seperti pengembangan produk, marketing online, atau investasi baru.

Misalnya, jika sebuah startup memiliki gross profit yang stabil dalam enam bulan terakhir, maka perusahaan tersebut lebih percaya diri untuk melakukan ekspansi atau merekrut karyawan baru. Tanpa data gross profit yang jelas, pengambilan keputusan keuangan menjadi lebih berisiko.

5. Menarik Investor dan Mitra Bisnis

Investor dan mitra bisnis biasanya melihat gross profit sebagai salah satu indikator utama dalam menilai kesehatan finansial sebuah perusahaan. Jika bisnis memiliki gross profit yang tinggi dan stabil, maka lebih mudah untuk mendapatkan pendanaan atau menjalin kerja sama strategis.

Misalnya, jika sebuah perusahaan rintisan ingin menarik modal dari investor, mereka perlu menunjukkan data gross profit yang konsisten dan terus meningkat. Investor akan lebih tertarik jika melihat bahwa bisnis mampu menghasilkan laba kotor yang baik serta memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang.

Berapa Indikator Gross Profit yang Baik?

Source: Freepik

Menentukan apakah gross profit adalah angka yang baik tergantung pada jenis industri dan skala bisnis yang dijalankan. Secara umum, semakin tinggi gross profit, semakin baik pula profitabilitas perusahaan. Namun, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan:

1. Standar Gross Profit Margin per Industri

Setiap industri memiliki rata-rata Gross Profit Margin (GPM) yang berbeda. Misalnya:

  • Retail: 20-30%
  • Manufaktur: 25-40%
  • Teknologi & SaaS: 60-80%
  • Makanan & Minuman: 50-70%

Jika gross profit margin bisnis kamu berada di atas rata-rata industri, berarti perusahaan memiliki efisiensi yang baik dalam mengelola biaya produksi.

2. Tren Gross Profit dari Waktu ke Waktu

Gross profit yang terus meningkat menunjukkan pertumbuhan bisnis yang sehat. Jika laba kotor turun, bisa jadi ada masalah dalam efisiensi produksi atau kenaikan biaya bahan baku yang tidak diimbangi dengan penyesuaian harga jual.

3. Perbandingan dengan Kompetitor

Mengetahui cara menghitung gross profit juga berguna untuk membandingkan performa bisnis dengan kompetitor di industri yang sama di pangsa pasar. Jika margin laba lebih rendah, mungkin ada strategi produksi atau harga yang perlu diperbaiki.

Secara keseluruhan, gross profit yang baik adalah yang konsisten, meningkat seiring waktu, dan lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri. 

Perbedaan Gross Profit dan Net Profit

Source: Freepik

Banyak orang masih bingung membedakan antara gross profit dan net profit. Keduanya merupakan bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan tingkat profitabilitas bisnis, tetapi memiliki perhitungan dan fungsi yang berbeda. Agar lebih jelas, berikut adalah lima perbedaan utama antara gross profit dan net profit.

1. Definisi Gross Profit vs. Net Profit

Gross Profit adalah laba kotor yang diperoleh perusahaan setelah dikurangi Harga Pokok Penjualan (HPP) dari total pendapatan. Gross profit hanya memperhitungkan biaya langsung produksi tanpa mempertimbangkan biaya operasional lainnya.

Net Profit  adalah laba bersih (akhir) yang diperoleh setelah dikurangi semua biaya misalnya, purchasing, pajak, bunga, dan pengeluaran lainnya. Net profit menunjukkan keuntungan sebenarnya yang dapat dinikmati perusahaan. Contohnya:

  • Jika sebuah perusahaan memiliki pendapatan Rp800 juta dan HPP Rp300 juta, maka gross profit-nya adalah Rp500 juta.
  • Namun, setelah dikurangi biaya operasional Rp200 juta dan pajak Rp50 juta, net profit yang tersisa hanya Rp250 juta.

2. Rumus Perhitungan Gross Profit vs. Net Profit

Cara menghitung gross profit adalah sebagai berikut:

Gross Profit = Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP)

Sedangkan rumus net profit lebih kompleks karena memperhitungkan lebih banyak faktor:

Net Profit = Gross Profit – Biaya Operasional – Pajak – Bunga Pinjaman – Beban Lainnya

Dari sini, terlihat bahwa net profit lebih mencerminkan kondisi finansial perusahaan dibandingkan gross profit.

3. Faktor yang Diperhitungkan dalam Gross Profit vs. Net Profit

Gross Profit hanya mempertimbangkan pendapatan dan HPP. Biaya lain seperti gaji karyawan, biaya pemasaran, sewa kantor, dan pajak tidak masuk dalam perhitungannya.

Sedangkan Net Profit mencakup semua pengeluaran, termasuk:

  • Biaya operasional (gaji, sewa, listrik, dll.)
  • Pajak perusahaan
  • Bunga pinjaman atau utang
  • Depresiasi aset

Karena itu, meskipun gross profit tinggi, net profit bisa saja rendah jika biaya operasional terlalu besar.

4. Kegunaan Gross Profit vs. Net Profit

Gross Profit digunakan untuk mengukur efisiensi produksi dan strategi harga. Jika gross profit margin tinggi, berarti bisnis memiliki pengelolaan biaya produksi yang baik dan strategi harga yang efektif.

Net Profit, di sisi lain, lebih penting dalam menentukan kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Net profit yang tinggi menunjukkan bahwa bisnis tidak hanya bisa menghasilkan keuntungan dari penjualan, tetapi juga mampu mengelola semua biaya dengan baik. Contohnya:

  • Jika gross profit sebuah bisnis besar, tetapi net profit-nya kecil atau bahkan negatif, bisa jadi biaya operasional terlalu tinggi atau ada hutang yang membebani perusahaan.
  • Sebaliknya, bisnis dengan net profit yang stabil menunjukkan efisiensi dalam operasionalnya.

5. Dampak terhadap Keputusan Bisnis

Gross Profit membantu perusahaan dalam membuat keputusan terkait harga jual dan efisiensi produksi. Jika gross profit margin menurun, berarti ada kenaikan biaya bahan baku atau produksi yang harus segera diatasi.

Net Profit, karena menunjukkan laba bersih yang bisa digunakan, lebih berpengaruh dalam pengambilan keputusan strategis seperti:

  • Ekspansi bisnis
  • Investasi dalam teknologi atau aset baru
  • Pembagian dividen kepada pemegang saham

Misalnya, investor atau bank akan lebih tertarik dengan net profit daripada gross profit, karena net profit mencerminkan keberlanjutan bisnis dalam jangka panjang.

Sudah Paham Apa itu Gross Profit?

Memahami gross profit adalah langkah penting dalam mengelola bisnis. Dengan mengetahui cara menghitungnya, kamu bisa mengevaluasi efisiensi produksi, menentukan harga jual, serta mengoptimalkan strategi keuangan. Selain itu, membandingkan gross profit dengan net profit membantu kamu dalam mengambil keputusan bisnis yang lebih tepat.Jika kamu ingin bisnis berkembang lebih pesat, kehadiran online yang profesional sangatlah penting. Salah satu caranya adalah dengan memiliki website bisnis sendiri. Untuk itu, pastikan kamu menggunakan nama domain yang kredibel. RNA.id menyediakan layanan domain berkualitas yang dapat membantu meningkatkan kepercayaan pelanggan website bisnis kamu. Pilih nama domain terbaik untuk bisnis kamu sekarang di RNA.id!

Rate this Article

About Author

Hiqbal Fauzi

As SEO Specialist at Deneva with a bachelor's in animal husbandry, passionate about digital marketing, especially in SEO.

daftar reseller

This will close in 0 seconds