No ratings yet.

Pernahkah Kamu mendengar istilah account receivable dalam akuntansi? Jika belum, Kamu berada di artikel yang tepat. Account receivable adalah salah satu elemen penting dalam laporan keuangan yang menggambarkan data terkait piutang usaha. Piutang usaha ini mencakup jumlah uang yang harus diterima perusahaan dari pelanggan yang telah membeli produk atau jasa secara kredit.

Dalam artikel ini, kamu bisa memahami secara mendalam tentang apa itu account receivable, ciri-ciri, fungsi, manfaatnya, hingga contoh kasus dan cara pencatatannya. Artikel ini dirancang untuk membantu kamu memahami topik ini dengan mudah, baik untuk kebutuhan bisnis maupun studi. Yuk, simak pembahasannya sampai selesai!

Apa Itu Account Receivable?

Source: Freepik

Account receivable adalah piutang usaha yang timbul ketika suatu nama perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit kepada pelanggannya. Dalam istilah sederhana, account receivable mengacu pada jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan kepada perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Piutang ini biasanya dicatat dalam laporan neraca sebagai aset lancar karena dianggap akan dikonversi menjadi uang tunai dalam waktu kurang dari satu tahun. Account receivable mencerminkan kepercayaan perusahaan kepada pelanggan dalam transaksi berbasis kredit.

Piutang usaha menjadi indikator penting dalam menilai kesehatan finansial suatu bisnis. Semakin tinggi piutang yang tertagih tepat waktu, semakin baik arus kas perusahaan. Sebaliknya, piutang yang tidak tertagih dapat menjadi risiko keuangan. Dengan memahami konsep ini, kamu bisa lebih bijak mengelola bisnis dan peluang usaha agar tidak rugi.

Ciri-Ciri Account Receivable

Source: Pixabay

Tidak semua piutang adalah termasuk dalam jenis account receivable. Setidaknya, ada beberapa ciri yang bisa menjadi kriteria suatu piutang termasuk dalam tagihan account receivable. Apa saja ciri-cirinya? Simak penjelasan berikut ini:

1. Nilai Jatuh Tempo

Account receivable selalu memiliki nilai nominal yang mencerminkan total uang yang harus dibayar oleh pelanggan kepada perusahaan. Nilai ini dihitung berdasarkan harga barang atau jasa yang telah diberikan, termasuk pajak atau biaya tambahan lainnya. Nominal tersebut penting karena menjadi dasar bagi brand bisnis atau perusahaan dalam menentukan kebijakan kredit dan menilai risiko kredit pelanggan. Jika nilai jatuh tempo besar, perusahaan perlu mempertimbangkan potensi dampaknya terhadap arus kas mereka.

2. Tanggal Jatuh Tempo

Piutang usaha selalu disertai dengan tanggal jatuh tempo, yaitu batas waktu pembayaran yang telah disepakati antara perusahaan dan pelanggan.Tenggat waktu ini biasanya berkisar antara 30 hingga 90 hari, tergantung pada kebijakan kredit dari masing-masing perusahaan. Tanggal jatuh tempo ini berfungsi untuk menjaga agar arus kas perusahaan tetap stabil. Selain itu, perusahaan juga dapat mengidentifikasi piutang mana yang telah melewati jatuh tempo untuk segera mengambil langkah penagihan.

3. Posisi Account Receivable dalam Laporan Neraca

Account receivable adalah piutang yang dicatat sebagai aset lancar dalam laporan neraca. Hal ini disebabkan karena piutang dianggap dapat dikonversi menjadi uang tunai dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Posisi ini menunjukkan bahwa account receivable merupakan sumber potensial bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan keuangan jangka pendek. Selain itu, nilai piutang dalam laporan neraca mencerminkan kemampuan perusahaan dalam mengelola transaksi berbasis kredit dengan pelanggan.

4. Usia Jatuh Tempo

Setiap account receivable memiliki usia jatuh tempo, yang mengacu pada lamanya waktu sejak piutang tersebut dicatat hingga waktu pembayaran dilakukan. Usia ini digunakan untuk menilai tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Piutang yang semakin lama tidak tertagih memiliki risiko lebih tinggi menjadi bad debt atau utang macet. Oleh karena itu, banyak nama perusahaan kredit besar yang menggunakan analisis usia jatuh tempo untuk menentukan strategi penagihan atau mempertimbangkan pencadangan kerugian.

5. Pengaruh Terhadap Laba Bersih

Account receivable memiliki dampak langsung pada laba bersih perusahaan. Ketika piutang berhasil ditagih, maka perusahaan akan mencatatkan pendapatan dan meningkatkan laba bersih. Sebaliknya, jika piutang tidak tertagih, perusahaan harus mencatat kerugian, yang dapat menurunkan laba bersih secara signifikan. Oleh karena itu, pengelolaan account receivable yang baik sangat penting untuk menjaga stabilitas keuangan perusahaan.

Fungsi & Manfaat Account Receivable

Source: Freepik

Tak hanya sebagai data yang menunjukan value atau nilai nominal piutang pelanggan, lebih dari itu account receivable mempunyai berbagai fungsi lainnya. Berikut adalah beberapa fungsi utama account receivable bagi perusahaan:

1. Mencatat Transaksi Penjualan

Salah satu fungsi utama account receivable adalah mencatat transaksi penjualan kredit. Setiap kali perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit, piutang usaha dicatat dalam laporan keuangan sebagai aset lancar. Dengan pencatatan ini, perusahaan dapat memastikan bahwa semua transaksi kredit terdokumentasi dengan baik. Data ini menjadi dasar penting dalam menyusun laporan keuangan, memantau pendapatan, mengoptimalkan strategi marketing online dan offline, hingga mengevaluasi performa bisnis keseluruhan.

2. Melacak Pembayaran Pelanggan

Account receivable juga berfungsi untuk melacak pembayaran pelanggan. Dengan sistem ini, perusahaan dapat mengetahui siapa saja pelanggan yang sudah melunasi tagihan dan siapa yang masih memiliki kewajiban pembayaran. Fungsi ini membantu perusahaan mengatur jadwal penagihan dengan lebih efisien dan memastikan tidak ada piutang yang terlupakan.

3. Memantau Kondisi Keuangan Pelanggan

Melalui data account receivable, perusahaan dapat memantau kondisi keuangan pelanggan. Jika seorang pelanggan sering terlambat membayar atau memiliki saldo piutang yang terus meningkat, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sedang mengalami kesulitan keuangan. Informasi ini penting untuk membantu perusahaan menyesuaikan strategi bisnis dan mengambil langkah pencegahan risiko kredit yang lebih besar.

4. Menentukan Kebijakan Kredit

Account receivable memainkan peran penting dalam membantu perusahaan menentukan kebijakan kredit yang tepat. Dengan menganalisis data piutang, perusahaan dapat mengevaluasi apakah batas waktu pembayaran perlu diperpanjang, apakah perlu menerapkan bunga pada keterlambatan, atau apakah perlu membatasi jumlah kredit yang diberikan kepada pelanggan tertentu. Kebijakan yang tepat dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan keuangan perusahaan.

5. Menghitung Umur Piutang

Umur piutang adalah metrik penting yang dihitung menggunakan data account receivable. Perusahaan dapat mengetahui berapa lama rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mengumpulkan pembayaran dari pelanggan. Informasi ini digunakan untuk mengevaluasi efisiensi operasional perusahaan dan memastikan arus kas tetap sehat. Piutang yang terlalu lama tertagih dapat mengindikasikan masalah dalam pengelolaan kredit atau hubungan dengan pelanggan.

6. Pengendalian Risiko Kredit

Account receivable membantu perusahaan mengendalikan risiko kredit. Dengan memantau usia piutang dan pola pembayaran pelanggan, perusahaan dapat mengambil langkah pencegahan untuk mengurangi potensi kerugian akibat kredit macet. Misalnya, perusahaan dapat memperketat kebijakan kredit untuk pelanggan dengan riwayat pembayaran yang buruk atau menawarkan diskon bagi pelanggan yang membayar lebih cepat.

7. Perencanaan Kas

Salah satu manfaat terbesar account receivable adalah membantu perencanaan arus kas perusahaan. Dengan data piutang, perusahaan dapat memprediksi kapan pembayaran akan diterima dan mengelola kebutuhan kas dengan lebih baik. Perencanaan ini sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki dana yang cukup untuk operasional, membayar utang, atau melakukan investasi.

Contoh Kasus Account Receivable

Source: Freepik

Untuk memahami penerapan account receivable dalam bisnis, mari kita lihat sebuah contoh nyata di dunia usaha. 

Sebuah perusahaan ritel elektronik bernama “Tech Hub” menawarkan opsi pembayaran kredit kepada pelanggannya melalui situs website toko online mereka. Salah satu pelanggan membeli laptop seharga Rp10 juta dengan ketentuan pembayaran dicicil dalam 3 bulan tanpa bunga. Transaksi ini dicatat dalam buku keuangan Tech Hub sebagai account receivable sebesar Rp10 juta.

Pada bulan pertama, pelanggan membayar Rp3,5 juta. Sisa piutang sebesar Rp6,5 juta tetap tercatat dalam laporan keuangan sebagai bagian dari aset lancar perusahaan. TechHub terus memantau pembayaran pelanggan untuk memastikan tidak ada keterlambatan yang dapat mempengaruhi arus kas mereka.

Pada bulan kedua, pelanggan terlambat membayar cicilan. Berdasarkan kebijakan kredit, Tech Hub menghubungi pelanggan untuk mengingatkan pembayaran. Akhirnya, pelanggan melunasi semua sisa cicilannya pada bulan ketiga. Dengan demikian, account receivable untuk transaksi ini menjadi nol, dan total pendapatan Rp10 juta diakui sepenuhnya.

Cara Pencatatan Account Receivable 

Source: Freepik

Buat kamu yang mungkin sedang ingin menjalankan ide bisnis online, tentu saja bagaimana cara pencatatan terkait account receivable wajib kamu pahami. Langsung saja, berikut cara pencatatan account receivable dalam kas keuangan bisnis:

1. Pencatatan Awal Transaksi Kredit

Ketika pelanggan melakukan pembelian secara kredit, perusahaan mencatat transaksi ini dengan jurnal berikut:

  • Debit: Account Receivable
  • Kredit: Pendapatan Penjualan

Sebagai contoh, jika sebuah pelanggan membeli barang senilai Rp5 juta secara kredit, maka pencatatan awalnya adalah:

  • Debit: Rp5.000.000 (Account Receivable)
  • Kredit: Rp5.000.000 (Pendapatan Penjualan)

Pencatatan ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki piutang sebesar Rp5 juta yang akan diterima di masa depan.

2. Pencatatan Pembayaran

Ketika pelanggan membayar sebagian atau seluruh jumlah piutang, perusahaan mencatat pembayaran tersebut sebagai berikut:

  • Debit: Kas
  • Kredit: Account Receivable

Misalnya, jika pelanggan membayar Rp3 juta dari total piutang Rp5 juta, maka jurnalnya adalah:

  • Debit: Rp3.000.000 (Kas)
  • Kredit: Rp3.000.000 (Account Receivable)

Sisa piutang sebesar Rp2 juta akan tetap tercatat dalam account receivable hingga pembayaran selesai.

3. Pencatatan Piutang Tak Tertagih

Jika ada pelanggan yang tidak mampu membayar piutang, perusahaan harus mencatatnya sebagai kerugian. Jurnalnya adalah:

  • Debit: Beban Piutang Tak Tertagih
  • Kredit: Account Receivable

Langkah ini memastikan bahwa laporan keuangan mencerminkan kondisi nyata dari aset perusahaan.

4. Pengelolaan Usia Piutang

Perusahaan juga perlu memantau usia piutang untuk memastikan pembayaran dilakukan tepat waktu. Analisis usia piutang digunakan untuk mengidentifikasi piutang yang mendekati atau melebihi tanggal jatuh tempo, sehingga langkah penagihan bisa segera dilakukan.

Perbedaan Account Receivable & Account Payable

Source: Freepik

Account receivable (piutang usaha) dan account payable (utang usaha) adalah dua istilah akuntansi yang sering digunakan dalam laporan keuangan. Meski terdengar mirip, keduanya memiliki fungsi dan posisi yang sangat berbeda.

1. Pengertian

  • Account Receivable adalah jumlah uang yang berhak diterima perusahaan dari pelanggan karena penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang ini dicatat sebagai aset di neraca karena merupakan uang yang akan diterima di masa depan.
  • Account Payable, sebaliknya, adalah jumlah uang yang harus dibayarkan perusahaan kepada pemasok atas pembelian barang atau jasa. Utang ini dicatat sebagai kewajiban di neraca karena merupakan kewajiban yang harus dilunasi.

2. Posisi dalam Laporan Keuangan

  • Account Receivable masuk ke dalam bagian aset lancar, menggambarkan potensi pemasukan jangka pendek.
  • Account Payable masuk ke dalam bagian liabilitas lancar, menunjukkan kewajiban pembayaran yang harus segera dipenuhi.

3. Fungsi Utama

  • Account Receivable bertujuan untuk memantau pembayaran pelanggan dan menjaga arus kas masuk.
  • Account Payable membantu perusahaan mengelola pembayaran kepada pemasok untuk menjaga hubungan bisnis yang baik.

Sudah Paham Arti dari Account receivable?

Account receivable adalah elemen penting dalam pengelolaan keuangan bisnis yang mencakup piutang usaha dari pelanggan. Dengan memahami definisi, ciri-ciri, fungsi, dan cara pencatatannya, perusahaan dapat mengelola arus kas, meminimalkan risiko kredit, serta menjaga stabilitas keuangan. Selain itu, pemantauan yang baik terhadap account receivable membantu bisnis membuat kebijakan kredit yang lebih efektif dan meningkatkan efisiensi operasional.

Di dunia digital, sistem keuangan yang terstruktur juga membutuhkan kehadiran website yang andal untuk mendukung bisnis. Untuk itu, memiliki nama domain berkualitas menjadi langkah awal yang krusial. RNA.id menawarkan layanan domain terpercaya yang membantu bisnismu tampil profesional dan mudah diakses oleh pelanggan. Dengan domain yang tepat, kepercayaan pelanggan akan meningkat, mendukung kesuksesan bisnis jangka panjang.

Rate this Article

About Author

Hiqbal Fauzi

As SEO Specialist at Deneva with a bachelor's in animal husbandry, passionate about digital marketing, especially in SEO.

daftar reseller

This will close in 0 seconds