Tahukah Anda bahwa miliaran pesan dikirim setiap hari melalui aplikasi seperti WhatsApp di Indonesia? Kini, bayangkan jika setiap percakapan itu memiliki potensi untuk menjadi sebuah penjualan yang sukses. Inilah inti dari conversational commerce, sebuah pendekatan yang mengubah cara brand dan pelanggan berinteraksi. Ini bukan lagi sekadar tren, melainkan sebuah evolusi fundamental dalam dunia ritel dan layanan.
Artikel ini akan membahas secara tuntas apa itu conversational commerce, mengapa ia diprediksi akan menjadi tren masif pada tahun 2025, dan bagaimana bisnis Anda bisa mulai memanfaatkannya agar tidak tertinggal.
Apa Itu Conversational Commerce?
Pada dasarnya, conversational commerce adalah tentang menciptakan interaksi dua arah yang bermakna antara brand dan pelanggan melalui aplikasi perpesanan atau fitur chat. Ini adalah pergeseran besar dari model e-commerce tradisional yang cenderung satu arah. Jika pada e-commerce konvensional pelanggan harus mencari, memilih produk, dan melakukan checkout secara mandiri—sebuah monolog—maka conversational commerce menghadirkan dialog. Prosesnya terasa lebih personal, layaknya dilayani oleh asisten penjualan pribadi yang siap memberikan rekomendasi, menjawab pertanyaan, dan membantu menyelesaikan transaksi langsung di dalam jendela percakapan.
Platform yang menjadi tulang punggung dari ekosistem ini adalah aplikasi yang sudah kita gunakan setiap hari, seperti WhatsApp Business API, Instagram DM, Facebook Messenger, Telegram, hingga chatbot yang terintegrasi di website. Dengan memanfaatkan channel-channel ini, brand dapat menjangkau pelanggan di lingkungan digital yang paling nyaman bagi mereka.
Mengapa Conversational Commerce Menjadi Tren Besar di 2025?
Ledakan popularitas conversational commerce bukanlah tanpa alasan. Ada beberapa faktor pendorong utama yang menjadikannya strategi wajib bagi bisnis yang ingin tetap relevan dan kompetitif di tahun-tahun mendatang.
Perilaku Konsumen yang Telah Berubah
Konsumen modern, terutama generasi milenial dan Gen Z, mendambakan kemudahan, kecepatan, dan efisiensi. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu online mereka di aplikasi perpesanan dan media sosial. Dengan mengintegrasikan proses belanja ke dalam platform ini, Anda secara efektif menghilangkan friksi. Pelanggan tidak perlu lagi berpindah dari Instagram untuk melihat produk, lalu membuka website untuk bertanya, dan kembali lagi ke aplikasi lain untuk membayar. Semua bisa dilakukan dalam satu alur percakapan yang mulus, membuat proses belanja menjadi jauh lebih menyenangkan.
Pengalaman Belanja yang Sangat Personal
Salah satu kekuatan terbesar conversational commerce adalah kemampuannya untuk memberikan pengalaman yang sangat personal. Dengan bantuan teknologi AI dan chatbot cerdas, brand dapat menganalisis riwayat percakapan untuk memberikan rekomendasi produk yang relevan dan disesuaikan dengan preferensi unik setiap pelanggan. Lebih dari itu, bisnis dapat memberikan layanan pelanggan instan 24/7 untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum, memastikan tidak ada pelanggan yang merasa diabaikan. Interaksi personal ini membuat pelanggan merasa didengar, dipahami, dan dihargai, yang pada akhirnya membangun koneksi emosional yang kuat dengan brand Anda.
Tingkat Konversi yang Lebih Tinggi
Salah satu momok terbesar dalam e-commerce adalah cart abandonment atau pelanggan yang meninggalkan keranjang belanja sebelum menyelesaikan transaksi. Conversational commerce secara signifikan mengurangi masalah ini. Proses pembelian yang lebih singkat, interaktif, dan dibantu langsung oleh asisten (baik manusia maupun bot) meminimalisir kebingungan atau keraguan yang mungkin muncul. Selain itu, percakapan membuka peluang emas untuk melakukan up selling dan cross-selling secara alami. Misalnya, saat pelanggan membeli sepatu, asisten virtual bisa menawarkan produk perawatan sepatu atau kaus kaki yang serasi, meningkatkan nilai transaksi secara organik.
Membangun Hubungan dan Loyalitas Pelanggan
Transaksi dalam conversational commerce lebih dari sekadar jual beli; ini adalah awal dari sebuah hubungan. Percakapan yang hangat dan membantu akan membangun kepercayaan yang mendalam. Pelanggan tidak lagi melihat brand Anda sebagai entitas tanpa wajah, melainkan sebagai partner yang bisa diandalkan. Platform ini juga memudahkan Anda untuk memberikan layanan purna jual yang proaktif, seperti mengirimkan notifikasi status pesanan, tips penggunaan produk, atau bahkan menanyakan kabar dan kepuasan mereka setelah barang diterima. Sentuhan-sentuhan kecil seperti inilah yang mengubah pembeli satu kali menjadi pelanggan setia.
Contoh Nyata Penerapan di Indonesia
Di Indonesia, pendekatan ini sudah mulai diadopsi secara luas dalam berbagai bentuk. Kita bisa melihat brand-brand fashion lokal yang sangat responsif melayani konsultasi ukuran dan pesanan langsung via admin WhatsApp. Ada pula perusahaan telekomunikasi yang chatbot-nya siap membantu pelanggan mengisi pulsa atau mengecek kuota kapan saja. Bahkan, restoran favorit Anda mungkin sudah menerima pesanan untuk delivery melalui DM Instagram. Contoh lainnya adalah toko online yang chatbot-nya mampu melacak status pengiriman barang secara real-time, memberikan ketenangan bagi pelanggan yang sedang menunggu paketnya.
Bagaimana Bisnis Anda Bisa Memulainya?
Mengadopsi conversational commerce tidak serumit kedengarannya. Anda bisa memulainya dengan beberapa langkah praktis.
Pilih Platform yang Tepat
Langkah pertama adalah mengidentifikasi di mana target pasar Anda paling banyak menghabiskan waktu. Apakah mereka lebih aktif di WhatsApp, Instagram, atau Facebook? Fokuskan upaya Anda pada satu atau dua channel utama terlebih dahulu untuk memaksimalkan sumber daya.
Rancang Alur Percakapan (Chat Flow)
Pikirkan dan petakan skenario percakapan yang paling sering terjadi. Mulai dari pertanyaan umum tentang produk, cara memesan, hingga penanganan keluhan. Alur yang terstruktur dengan baik akan memastikan pengalaman pelanggan tetap lancar dan efisien.
Manfaatkan Kombinasi Chatbot dan Manusia
Untuk efisiensi maksimal, gunakan chatbot untuk mengotomatisasi jawaban atas pertanyaan yang sering diajukan (FAQ). Namun, pastikan selalu ada opsi bagi pelanggan untuk berbicara dengan agen manusia jika mereka menghadapi masalah yang lebih kompleks atau membutuhkan sentuhan empati yang lebih personal.
Integrasikan dengan Sistem Bisnis Anda
Untuk pengalaman yang benar-benar mulus, pastikan platform percakapan Anda terhubung dengan sistem bisnis inti, seperti manajemen inventaris, CRM (Customer Relationship Management), dan gerbang pembayaran (payment gateway). Integrasi ini memastikan data tetap sinkron dan proses dari hulu ke hilir berjalan tanpa hambatan.
Masa Depan Belanja Ada di Ujung Jari
Conversational commerce bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Dengan berfokus pada kemudahan, personalisasi, dan pembangunan hubungan, pendekatan ini menjawab semua yang diinginkan oleh konsumen modern. Bagi bisnis, ini adalah jalan untuk meningkatkan konversi, membangun loyalitas pelanggan yang kokoh, dan pada akhirnya, memenangkan persaingan di pasar yang semakin ramai. Jangan sampai Anda tertinggal saat tren ini mencapai puncaknya di tahun 2025.Memulai perjalanan ini mungkin terasa menantang, namun solusi yang tepat dapat membuat segalanya lebih mudah. Platform omnichannel seperti RNA dapat menjadi partner strategis Anda, membantu mengelola dan mengintegrasikan seluruh percakapan pelanggan dari berbagai channel ke dalam satu dasbor yang intuitif. Dengan begitu, Anda bisa fokus memberikan layanan terbaik dan bersiap menyambut masa depan perdagangan digital.

