
Konten visual seperti video kini semakin mendominasi berbagai platform digital, dari YouTube hingga Instagram. Nah, kalau kamu pernah terlibat dalam dunia videografi atau editing, pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah “footage”. Tapi, buat kamu yang masih baru belajar, mungkin muncul pertanyaan: footage itu apa sih sebenarnya?
Dalam produksi video, footage punya peran penting banget karena jadi bahan mentah utama yang nantinya diolah menjadi konten menarik. Baik itu untuk video komersial, dokumenter, film pendek, atau bahkan konten media sosial—semuanya berawal dari footage yang berkualitas.
Di artikel ini, kita akan bahas secara lengkap mulai dari apa itu footage, fungsi footage, berbagai jenisnya, sampai cara mendapatkan footage baik secara gratis maupun berbayar. Yuk, simak sampai tuntas!
Apa itu Footage?
Footage adalah rekaman video mentah yang belum melalui proses editing atau pascaproduksi. Istilah ini sering digunakan dalam industri perfilman, broadcasting, dan videografi untuk menyebut materi asli hasil perekaman kamera. Jadi, footage adalah “bahan baku” utama yang nantinya akan dipotong, diedit, diberi efek, atau disusun ulang agar menjadi video final yang enak ditonton.
Dalam dunia profesional, kualitas footage sangat menentukan hasil akhir dari video yang diproduksi. Mulai dari pencahayaan, angle kamera, durasi pengambilan, hingga stabilitas gambar semuanya jadi faktor penting. Makanya, banyak videografer yang rela investasi ke kamera bagus demi menghasilkan footage berkualitas tinggi.
Selain dari hasil rekaman sendiri, footage juga bisa berasal dari website gambar gratis yang menyediakan stock footage. Biasanya, di situs ini menyediakan gambar maupun video yang bisa digunakan oleh publik, baik secara gratis maupun berbayar. Jadi, kalau kamu lagi bikin video promosi, film pendek, atau konten YouTube dan butuh bahan visual, bisa dibilang footage adalah komponen yang nggak boleh kamu anggap sepele.
Apa Fungsi dari Footage?
Setelah tahu bahwa footage adalah bahan mentah dari sebuah video, sekarang saatnya kita bahas berbagai fungsi footage dalam proses produksi konten visual. Meskipun kelihatan simpel, ternyata footage punya banyak kegunaan lho. Berikut beberapa fungsi utamanya:
1. Bahan Dasar untuk Proses Editing
Fungsi utama dari footage tentu sebagai bahan mentah atau raw material dalam proses pengeditan video. Tanpa footage, proses editing nggak akan bisa dimulai. Editor akan memilih, memotong, menggabungkan, atau menambahkan efek pada footage untuk membentuk narasi yang utuh dan menarik.
Bayangkan kamu membuat vlog perjalanan ke Bali. Semua momen yang direkam—dari naik pesawat hingga makan seafood di Jimbaran—merupakan footage. Dari situlah kamu bisa pilih mana yang paling relevan untuk ditampilkan.
2. Membangun Narasi Visual
Footage juga berfungsi untuk menceritakan sebuah kisah secara visual. Dengan menyusun footage secara runtut dan sesuai dengan alur cerita, kamu bisa membangun emosi, pesan, atau atmosfer yang ingin disampaikan. Ini berlaku di berbagai genre, mulai dari dokumenter, iklan, hingga film pendek.
Misalnya dalam video promosi untuk kebutuhan marketing online, footage digunakan untuk menampilkan detail produk, penggunaan sehari-hari, serta testimoni pelanggan. Footage akan dirangkai untuk menyampaikan pesan bahwa produk tersebut layak untuk dibeli.
3. Menunjang Kualitas Visual Konten
Footage yang bagus dan berkualitas tinggi secara teknis (misalnya resolusi tinggi, stabil, dan memiliki komposisi visual yang baik) akan meningkatkan nilai estetika dari konten kamu. Maka nggak heran kalau banyak content creator, influencer, dan editor yang rela invest alat perekaman terbaik demi mendapatkan footage yang premium. Footage berkualitas juga bikin proses editing jadi lebih fleksibel karena kamu bisa zoom, crop, atau kasih efek tanpa mengorbankan kualitas gambar secara drastis.
4. Dokumentasi dan Arsip
Footage juga punya fungsi dokumentasi. Dalam konteks ini, footage bisa berupa rekaman peristiwa, wawancara, atau kegiatan tertentu yang direkam sebagai arsip untuk keperluan ke depan. Banyak organisasi atau perusahaan menyimpan footage internal untuk dokumentasi pelatihan, seminar, atau kegiatan penting lainnya. Footage dokumentasi ini nantinya bisa digunakan kembali, entah untuk laporan tahunan, promosi, atau bahkan sebagai bahan nostalgia di masa mendatang.
5. Menjadi Sumber Footage Stock
Nggak semua footage hanya digunakan untuk satu proyek aja. Banyak kreator atau videografer menjual hasil rekamannya sebagai footage stock di platform seperti Shutterstock atau Pexels. Nah, footage ini bisa dibeli dan digunakan oleh kreator lain untuk berbagai keperluan, mulai dari iklan, presentasi, sampai film pendek. Ini juga bisa menjadi peluang penghasilan tambahan untuk kamu yang suka merekam momen unik atau pemandangan estetik!
6. Sebagai Alat Komunikasi Visual
Footage juga berfungsi sebagai alat komunikasi visual yang sangat kuat. Dalam era digital saat ini, visual punya peran penting dalam menyampaikan pesan secara cepat dan emosional. Dengan footage yang tepat, kamu bisa membangun kesan kuat terhadap suatu brand bisnis, produk, atau pesan sosial. Misalnya, footage bencana alam dalam video kampanye donasi bisa menggugah emosi penonton lebih efektif dibandingkan teks biasa.
Apa saja Jenis-Jenis Footage?
Footage hadir dalam banyak jenis, tergantung dari tujuan penggunaannya. Berikut adalah beberapa jenis footage yang paling umum digunakan dalam industri kreatif:
1. Raw Footage
Ini adalah jenis footage yang paling dasar. Raw footage adalah hasil rekaman murni dari kamera tanpa diedit sedikit pun. Biasanya masih mengandung bagian-bagian yang tidak diperlukan seperti kesalahan pengambilan gambar, transisi belum mulus, atau bahkan dialog yang terputus. Tapi justru dari sinilah proses editing dimulai. Kalau kamu kerja di industri film atau video profesional, raw footage ini ibarat bahan mentah utama.
2. Stock Footage
Stock footage adalah klip video yang sudah tersedia secara umum dan bisa dibeli atau diunduh (gratis atau berbayar) untuk keperluan video tertentu. Misalnya, kamu butuh cuplikan pemandangan kota New York tapi nggak bisa syuting langsung ke sana, tinggal ambil stock footage dari platform seperti Pexels, Videvo, atau Shutterstock. Cocok buat content creator yang pengen menghemat waktu dan biaya produksi.
3. B-Roll Footage
B-roll adalah footage tambahan yang digunakan untuk memperkaya narasi utama. Misalnya, kamu bikin video wawancara, footage utama (A-roll) adalah klip si narasumber berbicara, sedangkan B-roll bisa berupa suasana kantor, aktivitas pekerjaan, atau detail yang mendukung cerita. Tujuannya? Bikin video jadi lebih dinamis dan nggak monoton. Jenis footage ini sering banget dipakai di video dokumenter, vlog, sampai film pendek.
4. Archival Footage
Sesuai namanya, archival footage adalah rekaman arsip yang berasal dari dokumentasi lama—bisa berupa berita, peristiwa sejarah, atau cuplikan lama yang punya nilai informatif. Jenis footage ini biasanya dipakai di dokumenter, film sejarah, atau konten edukatif. Karena nilai historisnya tinggi, penggunaannya juga harus memperhatikan hak cipta dan izin pemilik.
5. Drone Footage
Ini dia jenis footage modern yang makin hits: drone footage. Berasal dari kamera yang terpasang pada drone, jenis ini banyak digunakan untuk ambil gambar dari ketinggian—misalnya pemandangan alam, cityscape, atau shot sinematik dari udara. Drone footage bikin hasil videomu terlihat lebih profesional dan sinematik, apalagi kalau pengambilan gambarnya dilakukan dengan smooth dan pencahayaan oke.
6. Time-Lapse dan Slow Motion Footage
Jenis footage ini dikategorikan berdasarkan teknik pengambilan gambarnya. Time-lapse adalah teknik mempercepat waktu, cocok untuk merekam aktivitas panjang seperti matahari terbit atau pembangunan gedung. Sebaliknya, slow motion memperlambat waktu untuk memberikan efek dramatis, seperti dalam adegan action atau close-up ekspresi wajah.
Bagaimana Cara Mendapatkan Footage?
Ada banyak cara untuk mendapatkan footage tergantung kebutuhan dan budget kamu. Berikut ini beberapa metode yang bisa kamu coba:
1. Merekam Sendiri (Original Footage)
Cara paling otentik dan aman tentu saja adalah merekam footage sendiri. Dengan merekam sendiri, kamu bisa bebas mengatur sudut pengambilan gambar, durasi, resolusi, dan narasi visualnya. Kelebihan dari metode ini adalah kamu punya hak cipta penuh atas footage tersebut. Jadi, bebas digunakan di mana saja tanpa takut kena pelanggaran hak cipta.
Beberapa tips kalau kamu mau rekam sendiri:
- Gunakan kamera dengan resolusi minimal 1080p.
- Pastikan pencahayaan bagus dan suara bersih.
- Rekam beberapa variasi angle untuk fleksibilitas editing.
Meskipun butuh waktu dan peralatan, hasilnya akan terasa lebih personal dan eksklusif.
2. Mengunduh dari Situs Footage Gratis (Free Stock Video)
Kalau kamu belum punya peralatan atau waktu buat rekam sendiri, kamu bisa memanfaatkan situs-situs yang menyediakan footage gratis dengan lisensi bebas pakai. Beberapa di antaranya adalah:
- Pexels Video
- Pixabay Video
- Videvo
- Coverr
- Mixkit
Footage di situs-situs ini bisa kamu gunakan untuk keperluan pribadi maupun komersial, asalkan tetap mematuhi lisensi yang tertera. Biasanya mereka menggunakan lisensi Creative Commons Zero (CC0), yang artinya kamu bebas menggunakan tanpa harus mencantumkan kredit (meskipun akan lebih baik kalau tetap menghargai kreatornya).
3. Membeli dari Situs Premium (Stock Footage Berbayar)
Kalau kamu cari footage dengan kualitas lebih tinggi atau spesifik (misalnya cuplikan drone sinematik atau footage B-roll profesional), kamu bisa beli dari platform berbayar. Beberapa situs populer yang menawarkan footage premium antara lain:
- Shutterstock
- Artgrid
- Storyblocks
- Envato Elements
- iStock by Getty Images
Kelebihan footage premium adalah kualitasnya yang super tinggi, pilihan yang sangat luas, dan pastinya bebas masalah hak cipta. Ini sangat cocok buat kamu yang bikin jenis iklan profesional, film pendek, atau konten korporat.
4. Gunakan Library dari Software Editing
Beberapa software editing video seperti Final Cut Pro, Camtasia, atau Adobe Premiere Pro biasanya sudah menyediakan built-in stock footage atau integrasi ke layanan stock tertentu. Ini praktis banget, karena kamu bisa langsung drag-and-drop tanpa harus keluar dari perangkat lunak pengeditan.
5. Kolaborasi dengan Videografer atau Konten Kreator Lain
Kalau kamu punya jaringan di industri kreatif, coba deh kerja sama dengan videografer lain. Kamu bisa mendapatkan footage dengan sistem barter, kerjasama proyek, atau beli langsung dari mereka. Selain mendukung sesama kreator lokal, cara ini juga bisa bikin footage kamu lebih unik dan tidak pasaran.
6. Gunakan Footage dari Proyek Lama (Jika Relevan)
Kalau kamu pernah mengerjakan proyek video sebelumnya, jangan buru-buru buang file mentahnya. Bisa jadi ada bagian footage yang masih relevan dan bisa digunakan ulang. Tentu saja, pastikan hak pakainya jelas dan kamu punya izin kalau proyek tersebut melibatkan pihak ketiga.
Kesimpulan
Dari pembahasan tadi, bisa disimpulkan kalau footage adalah komponen krusial dalam proses produksi video yang menunjang storytelling, branding, dan efektivitas pesan visual. Baik untuk konten kreatif maupun keperluan profesional, footage punya peran penting.
Nah, supaya konten videomu makin terpercaya dan bisa diakses luas, jangan lupa pasangkan dengan nama domain yang profesional. Kamu bisa temukan domain terbaik di RNA.id buat bangun website portofolio, company profile, hingga landing page untuk videomu. Footage oke, domain pun kece!